Selasa, 14 Mei 2013

TRAVELLING Disela Kesibukan Kuliah (EDISI BOROBUDUR)

Kalau kuliah di Jogja, amat disayangkan jika tidak merefresh otak dengan travelling ke ini-itu. List tempat wisata amat banyak di Jogja, dari wisata alam, budaya, rohani, sampai wisata kuliner.
Satu tempat yang tak boleh ketinggalan, tempat yang sebenarnya bukan daerah Jogja, tapi lebih tepatnya daerah dekat Jogja, yaitu Borobudur di Magelang. Kami sekeluarga, keluarga alumni SMA, mampir mengenang sejarah sembari ikut melestarikan jejak budaya masa lalu serta menyegarkan pikiran, pada bulan Januari 2013. Kami hanya melakukan konvoy motor, sekitar 6 motor dari Kaliurang (Jogja) hingga Borobudur (Magaelang) dalam waktu satu jam. Karena salah satu staff borobudur yang merupakan penduduk sekitar adalah keluarga dari salah satu teman kami, kami mendapatkan keringanan biaya unutk mendapatkan tiket masuk area wisata.

Memasuki area wisata Borobudur, kami disambut oleh hamparan rumput nan hijau dan sedikit basah karena gerimis beberapa saat sebelumnya. Indahnya bangunan megah nan kokoh sudah terlihat dari kejauhan, Borobudur Temple, candi yang pernah menjadi salah satu tujuh keajaiban dunia. Tapi sekarang tidak dapat menyandang predikat itu kembali karena statue dan beberapa bagian candi banyak yang rusak, bahkan hilang. Tak hanya sekedar wisata dan melihat, berfoto sana-sini, tapi kami ikut mempelajari sejarah Borobudur ini. 

Sejarah Singkat Pembangunan Borobudur :


Tidak ditemukan bukti tertulis yang menjelaskan siapakah yang membangun Borobudur dan apa kegunaannya. Waktu pembangunannya diperkirakan berdasarkan perbandingan antara jenis aksara yang tertulis di kaki tertutup Karmawibhangga dengan jenis aksara yang lazim digunakan pada prasasti kerajaan abad ke-8 dan ke-9. Diperkirakan Borobudur dibangun sekitar tahun 800 masehi. Kurun waktu ini sesuai dengan kurun antara 760 dan 830 M, masa puncak kejayaan wangsa Syailendra di Jawa Tengah, yang kala itu dipengaruhi Kemaharajaan Sriwijaya. Pembangunan Borobudur diperkirakan menghabiskan waktu 75 - 100 tahun lebih dan benar-benar dirampungkan pada masa pemerintahan raja Samaratungga pada tahun 825


Terdapat kesimpangsiuran fakta mengenai apakah raja yang berkuasa di Jawa kala itu beragama Hindu atau Buddha. Wangsa Sailendra diketahui sebagai penganut agama Buddha aliran Mahayana yang taat, akan tetapi melalui temuan prasasti Sojomerto menunjukkan bahwa mereka mungkin awalnya beragama Hindu Siwa. Pada kurun waktu itulah dibangun berbagai candi Hindu dan Buddha di Dataran Kedu. Berdasarkan Prasasti Canggal, pada tahun 732 M, raja beragama Siwa Sanjaya memerintahkan pembangunan bangunan suci Shiwalingga yang dibangun di perbukitan Gunung Wukir, letaknya hanya 10 km (6.2 mil) sebelah timur dari Borobudur Candi Buddha Borobudur dibangun pada kurun waktu yang hampir bersamaan dengan candi-candi di Dataran Prambanan, meskipun demikian Borobudur diperkirakan sudah rampung sekitar 825 M, dua puluh lima tahun lebih awal sebelum dimulainya pembangunan candi Siwa Prambanan sekitar tahun 850 M.
Pembangunan candi-candi Buddha — termasuk Borobudur — saat itu dimungkinkan karena pewaris Sanjaya, Rakai Panangkaran memberikan izin kepada umat Buddha untuk membangun candi Bahkan untuk menunjukkan penghormatannya, Panangkaran menganugerahkan desa Kalasan kepada sangha (komunitas Buddha), untuk pemeliharaan dan pembiayaan Candi Kalasan yang dibangun untuk memuliakan Bodhisattwadewi Tara, sebagaimana disebutkan dalam Prasasti Kalasan berangka tahun 778 Masehi. Petunjuk ini dipahami oleh para arkeolog, bahwa pada masyarakat Jawa kuno, agama tidak pernah menjadi masalah yang dapat menuai konflik, dengan dicontohkan raja penganut agama Hindu bisa saja menyokong dan mendanai pembangunan candi Buddha, demikian pula sebaliknya. Akan tetapi diduga terdapat persaingan antara dua wangsa kerajaan pada masa itu — wangsa Syailendra yang menganut Buddha dan wangsa Sanjaya yang memuja Siwa — yang kemudian wangsa Sanjaya memenangi pertempuran pada tahun 856 di perbukitan Ratu Boko. Ketidakjelasan juga timbul mengenai candi Lara Jonggrang di Prambanan, candi megah yang dipercaya dibangun oleh sang pemenang Rakai Pikatan sebagai jawaban wangsa Sanjaya untuk menyaingi kemegahan Borobudur milik wangsa Syailendra, akan tetapi banyak pihak percaya bahwa terdapat suasana toleransi dan kebersamaan yang penuh kedamaian antara kedua wangsa ini yaitu pihak Sailendra juga terlibat dalam pembangunan Candi Siwa di Prambanan. (red:wikipedia)

  Beberapa teman kami merupakan calon-calon arsitek, mereka mengakui bahwa tak dapat dipungkiri, semaju apapun teknologi sekarang, secerdas apapun arsitek sekarang, tak kan ada yang mampu mengalahkan arsitektur dahulu dalam membuat kembali bangunan candi megah nan kokoh, seperti Borobudur.



MIRIS, KASUS-KASUS YANG TAK KUNJUNG USAI




“Pada tanggal 7 April 2010, Komisi III DPR mengendus, seorang jenderal bintang tiga di Kepolisian diduga terlibat dalam kasus Gayus P Tambunan dan seseorang bernama Syahrial Johan ikut terlibat dalam kasus penggelapan pajak yang melibatkan Gayus Tambunan, dari Rp24 milliar yang digelapkan Gayus, Rp11 milliar mengalir ke pejabat kepolisian, Rp5 milliar ke pejabat kejaksaan dan Rp4 milliar di lingkungan kehakiman, sedangkan sisanya mengalir ke para pengacara.” (KASUS GAYUS-http://helda-blog.blogspot.com/2012/11/kasus-korupsi-gayus-tambunan.html)



“Bertahun-tahun sudah masyarakat indonesia bersabar menanti penyelesaian kasus Bank Century yang saat ini bernama Bank Mutiara yang telah menguras uang rakyat sebesar 6,7 triliun rupiah. Akan tetapi nampaknya penantian panjang masih harus mereka jalani. Hal ini bukan disebabkan oleh kurangnya bukti maupun saksi.Sebaliknya bukti dan saksi sudah sangat mencukupi untuk menjerat para pelaku. Sayangnya nyali yang dimiliki KPK tak cukup besar untuk menangkap koruptor “Kakap” yang jauh lebih besar.” (KASUS CENTURY-http://politik.kompasiana.com/2013/05/12/apa-kabar-kasus-bank-century--555302.html)

Kasus Hambalang yang belakangan ini banyak diperbincangkan, adalah kasus dugaan tindak pidana korupsi yang melibatkan banyak pihak terlibat, diantaranya para elite Partai Demokrat, Anas Urbaningrum; Istri dari Anas Urbaningrum qq komisaris PT Dutasari Citralaras; Menteri Pemuda dan Olah Raga RI, Andi Malarangeng; Mahfud Suroso, Direktur PT Dutasari Citralaras; dan lain sebagainya. Diketahui, tender proyek ini dipegang oleh kontraktur dimana mereka merupakan BUMN, yaitu PT Adhi Karya dan PT Wijaya Karya yang diduga men-subtenderkan sebagian proyek kepada PT Dutasari Citralaras senilai 300M.” (KASUS HAMBALANG-http://membualsampailemas.wordpress.com/2012/06/17/kronologi-kasus-hambalang-hingga-16-juni-2012/)
Beberapa kasus keuangani yang merebak luas dari tahun 2008 hingga 2013 (sekarang) memang takkan henti-hentinya diberitakan di tiap media baik cetak maupun elektronik. Walau sudah ada departemen yang mengurusi kasus ini secara intensif, tapi tetap saja proses pengusutan akan berjalan lambat, tak ada ujungnya. Bahkan mirisnya, dari berbagai kasus yang ada, mulai dari penggelapan dana pajak, korupsi, hingga pengurasan uang rakyat oleh bank, semua itu tak lepas dari pelaku kelas kakap, petinggi negara, bahkan pihak yang seharusnya berkewajiban ‘mengayomi’ rakyat.
Tak kan terelakkan, akibat dari hal ini hampir sama dengan krisis masa orde  baru, yaitu KRISIS KEPERCAYAAN MASYARAKAT. Logikanya bagi orang yang tahu akan perkembangan berita sekarang, dari wakil rakyat hingga yang mengusut tindak pidana saja melakukan tindak criminal (dalam hal ini perdata), lalu kepada siapa lagi rakyat akan percaya?
Petinggi-petinggi yang sekarang duduk di kursi ‘wakil rakyat’ dan para penegak keadilan yang duduk untuk ‘memberantas’ tindak criminal, mungkin sebagian besar dari mereka merupakan pemuda yang dulu ikut berdemo untuk ‘mengemis’ reformasi. Pemuda-pemuda yang memperjuangkan hak rakyat, mengusahakan perubahan, dan merubuhkan tembok kekakuan antara pemerintah dan rakyat. Dulu mereka amat membenci para pejabat. Tapi apa yang kita lihat sekarang? Alam akan menjalankan alurnya, mereka dulu yang berdemo, sekarang didemo. Pemuda yang dulu memperjuangkan hak rakyat di hamparan jalan yang menyengat, sekarang duduk di kursi panas kepemimpinan.
Satu hal lagi yang miris. Sistem di Indonesia, jika kita melihat dari struktur dan Undang-Undang yang dibuat, semua telah ada pada standar nya, yang negara maju juga tetapkan. Tapi dari dalam moral manusianya itu sendiri yang tidak pantas diacungkan jempol.
Apakah ada pejabat yang korupsi berasal dari keluarga miskin? Jawabannya TIDAK. Mereka semua berasal dari latar belakang pendidikan yang tinggi. Semua sudah berpenghasilan yang cukup memenuhi kebutuhan keluarga mereka sendiri. Tapi apa yang terjadi? Semakin orang mengenal kekuasaan dan materi yang semakin tak dapat dihitung, maka mereka akan semakin tidak puas dengan hidupnya.  Yang mereka harapkan adalah kekuasaan yang lebih, keuangan yang Berjaya.
Poin yang dapat kita ambil pelajaran adalah, bukan salah rakyat yang tidak akan percaya lagi dengan pemerintah jika ada tindak korupsi ataupun penggelapan dana terjadi lagi. Bukan pula diamnya rakyat membiarkan pemerintah dan media yang menyelesaikan kasus-kasus ini. Tapi rakyat hanya lelah dan telah terbiasa mendengar dan melihat kasus semacam ini yang terulang, dan takkan pernah usai.
Satu harapan yang rakyat  yang inginkan : membangun dari dalam pemuda sekarang yang kelak menjadi pemimpin di masa mendatang, supaya tidak akan terjadi periode keterpurukan politik seperti sekarang ini.
Kami bukan ahli politik maupun hukum yang mengerti ini-itu. Tapi kami hanya berbicara berdasarkan apa yang masyarakat secara umum mengetahui kebenarannya.

Senin, 13 Mei 2013

Introspeksi Diri dengan Teknologi


                Satu hal yang kadang membuat saya merasa bangkit, yaitu flashback.  Tengah malam memang paling efektif untuk mengulang kembali memori yang ada. Salah satu penelitian yang pernah saya dengar, bahwa untuk menambah kekuatan daya ingat, seseorang perlu mengingat kejadian hari itu sebelum ia tidur, atau bahkan hari-hari sebelumnya yang telah berlalu.
                Flashback saya lakukan kerap kali belakangan ini, tak ada tujuan lain selain mengingat dan mensyukuri apa yang ada.  Bukan dari susut pandang religious yang saya akan bahas dalam flashback yaitu tafakur introspeksi diri tengah malam di atas sajadah, melainkan sebagai pengguna teknologi zaman sekarang  yang 24 jam dapat mengakses informasi.

                What I do then? Yang saya lakukan adalah melihat kembali foto-foto dari saat sekarang yang ter-update hingga masa lalu, ataupun status dan komen yang pernah saya ketik. Hal yang benar-benar saya perhatikan dalam album foto adalah perbedaan cara pandang saya melihat sisi kamera, aura senyum yang saya pancarkan, bersama siapa saya berfoto, dan tentunya mengingat apa momen yang terjadi saat foto itu diambil seperti bagamaina perasaan saya, atau bagaimana saya bisa berada dalam foto itu. Sedang dalam status yang saya ketik, yang biasa saya ketik dalam makna tersirat saya coba mengingat apa maksud saya dulu mengetik tulisan ini dan itu.
                Tau kah Anda, ketika saya melihat satu persatu dari foto yang ada dalam album, saya mengingat kembali keputusan-keputusan penting, krusial bahkan kadang mendesak yang saya ambil dalam hidup.
                Ketika kita memilih menjabat tangan dengan seorang “A”, misalnya, maka kita lihat dari beberapa waktu kemudian si “A” akan hadir mengisi hari kita, hadir dalam lembaran foto berikutnya. Ketika kita memutuskan untuk pergi ke suatu tempat atau tidak pergi, maka akan terlihat dalam foto berikutnya, apa hikmah yang terjadi. Dan begitu pula dalam mengambil keputusan untuk menjauh atau meninggalkan seseorang yang kita anggap pantas untuk kita asingkan sesaat, maka akan terlihat dampak kemudian, kita mencoba mengenal sosok-sosok lain dalam hidup, mencoba hal baru, bahkan suatu saat satu keputusan ini akan mengubah your whole life.

                Apa yang saya alami misalnya, semisal saya tidak mengisi formulir ‘ini’, saya tidak akan mengikuti tes ‘itu’, dan tidak akan menjadi  exchange student di negara  ‘sana’. Atau ketika saya memutuskan untuk menyibukkan diri dengan berorganisasi ‘ini’, saya tidak intens bergaul dengan ‘mereka’ di tempat lain, maka saya akan mengenal orang-orang baru dan oramg-orang terbaru inilah yang akhirnya ‘ada’ dalam hidup saya.
                Dari foto yang ditampilkan slide by slide di facebook, saya menyadari betapa beruntungnya pernah bergaul dengan ‘mereka’, lalu ‘mereka yang lain’ dan ‘mereka yang selanjutnya’. Saya merasa bangga pernah melakukan ‘ini’, ‘itu’ dan ‘sesuatu’. Kadang dari foto, ada rasa rindu yang benar-benar dari dalam hati muncul, hingga tak terasa meneteskan airmata. Bukan rindu akan orang yang ada dalam foto yang kita telisik, tapi rasa rindu untuk mengulang moment yang ada dalam foto. 


Dari status yang kadang kita iseng mengetik, dapat terbaca kedewasaan kita menghadapi masalah, face the situation. Kadang kita merasa begitu tegar, kadang merasa rapuh. Kadang saat kita tak kuasa harus sharing dengan siapa, kita hanya mengetik kata yang tak bermakna dalam suatu kotak biru, di jejaring sosial. Dan saat kondisi telah pulih, kita hanya tersenyum atas apa yang telah kita ketik, atau bahkan menghapusnya dengan rasa puas.
Intropeksi sekarang tak harus diidentikkan dengan di atas sajadah saja, tapi di depan layar HP, Tab, ataupun Notebook/Laptop, kita bisa melakukannya. Satu hal yang mendukung adalah, suasana yang tenang di tengah malam beserta music favorite mengalir dari headset yang terpasang di kedua lubang telinga. 

But overall, kita yang menentukan bagaimana kita berintrospeksi, bagaimana kita menilai keadaan, dan bagaimana MENGUBAH hidup, menjadi lebih baik. Your choice, Your next LIFE!


INOVASI TEKNOLOGI UNTUK ENERGI (EDISI TURBIN GAS)




Pemakaian energi dan perkembangan teknologi atau inovasi saling kait-mengkait. Kuncinya adalah bahwa energi diinginkan bukan karena energi itu sendiri, melainkan karena dapat dikonversikan menjadi panas, cahaya dan kerja yang diperlukan.  Kemampuan  setiap jenis energi untuk dikonversikan itu merupakan fungsi dari isi energi dan efisiensi konversi alat pemakai energi yang digunakan.
Perkembangan teknologi terjadi pada berbagai bidang teknologi mesin energi. Suatu teknologi  dikatakan telah mencapai suatu kematangan dalam arti sudah kompetitif, dapat dijual dan dapat bersaing dipasaran, maka pada umumnya teknologi itu harus melalui 3 tingkat kematangan yaitu tingkat kematangan teknik,ekonomi,dan lingkungan.
Teknologi energi adalah teknologi yang terkait dengan bidang-bidang mulai dari sumber, pembangkitan, penyimpanan, konversi energi dan pemanfaatannya untuk kebutuhan manusia. Salah satu inovasi teknologi mesin yang dapat mengkonversi energi adalah turbin gas.
TURBIN GAS

 Turbin gas ini telah mencapai kematangan teknologi.secara kematangan teknik turbin gastelah dapat bekerja dan berfungsi dengan baik sesuai dengan tujuan dari teknologi tersebut yaitu gas energi kinetik dikonversikan menjadi energi mekanik melalui udara bertekanan yang memutar roda turbin sehingga menghasilkan daya. Sedangkan kematangan ekonomi turbin gas dapat bersaing dipasaran dengan pemanfaatannya untuk mesin dalam pesawat terbang maupun pembangkit listrik tenaga gas. Secara kematangan lingkungan turbin gas tidak menggangu lingkungan.