“Pada tanggal 7 April 2010, Komisi III DPR mengendus, seorang jenderal bintang tiga di Kepolisian diduga terlibat dalam kasus Gayus P Tambunan dan seseorang bernama Syahrial Johan ikut terlibat dalam kasus penggelapan pajak yang melibatkan Gayus Tambunan, dari Rp24 milliar yang digelapkan Gayus, Rp11 milliar mengalir ke pejabat kepolisian, Rp5 milliar ke pejabat kejaksaan dan Rp4 milliar di lingkungan kehakiman, sedangkan sisanya mengalir ke para pengacara.” (KASUS GAYUS-http://helda-blog.blogspot.com/2012/11/kasus-korupsi-gayus-tambunan.html)
“Bertahun-tahun sudah
masyarakat indonesia bersabar menanti penyelesaian kasus Bank Century yang saat
ini bernama Bank Mutiara yang telah menguras uang rakyat sebesar 6,7 triliun
rupiah. Akan tetapi nampaknya penantian panjang masih harus mereka jalani. Hal
ini bukan disebabkan oleh kurangnya bukti maupun saksi.Sebaliknya bukti dan
saksi sudah sangat mencukupi untuk menjerat para pelaku. Sayangnya nyali yang
dimiliki KPK tak cukup besar untuk menangkap koruptor “Kakap” yang jauh lebih
besar.” (KASUS CENTURY-http://politik.kompasiana.com/2013/05/12/apa-kabar-kasus-bank-century--555302.html)
” Kasus
Hambalang yang belakangan ini banyak diperbincangkan, adalah kasus dugaan
tindak pidana korupsi yang melibatkan banyak pihak terlibat, diantaranya para
elite Partai Demokrat, Anas Urbaningrum; Istri dari Anas Urbaningrum qq
komisaris PT Dutasari Citralaras; Menteri Pemuda dan Olah Raga RI, Andi
Malarangeng; Mahfud Suroso, Direktur PT Dutasari Citralaras; dan lain
sebagainya. Diketahui, tender proyek ini dipegang oleh kontraktur dimana mereka
merupakan BUMN, yaitu PT Adhi Karya dan PT Wijaya Karya yang diduga
men-subtenderkan sebagian proyek kepada PT Dutasari Citralaras senilai 300M.”
(KASUS HAMBALANG-http://membualsampailemas.wordpress.com/2012/06/17/kronologi-kasus-hambalang-hingga-16-juni-2012/)
Beberapa kasus keuangani
yang merebak luas dari tahun 2008 hingga 2013 (sekarang) memang takkan
henti-hentinya diberitakan di tiap media baik cetak maupun elektronik. Walau
sudah ada departemen yang mengurusi kasus ini secara intensif, tapi tetap saja
proses pengusutan akan berjalan lambat, tak ada ujungnya. Bahkan mirisnya, dari
berbagai kasus yang ada, mulai dari penggelapan dana pajak, korupsi, hingga
pengurasan uang rakyat oleh bank, semua itu tak lepas dari pelaku kelas kakap,
petinggi negara, bahkan pihak yang seharusnya berkewajiban ‘mengayomi’ rakyat.
Tak kan
terelakkan, akibat dari hal ini hampir sama dengan krisis masa orde baru, yaitu KRISIS KEPERCAYAAN MASYARAKAT.
Logikanya bagi orang yang tahu akan perkembangan berita sekarang, dari wakil
rakyat hingga yang mengusut tindak pidana saja melakukan tindak criminal (dalam
hal ini perdata), lalu kepada siapa lagi rakyat akan percaya?
Petinggi-petinggi
yang sekarang duduk di kursi ‘wakil rakyat’ dan para penegak keadilan yang
duduk untuk ‘memberantas’ tindak criminal, mungkin sebagian besar dari mereka
merupakan pemuda yang dulu ikut berdemo untuk ‘mengemis’ reformasi.
Pemuda-pemuda yang memperjuangkan hak rakyat, mengusahakan perubahan, dan
merubuhkan tembok kekakuan antara pemerintah dan rakyat. Dulu mereka amat
membenci para pejabat. Tapi apa yang kita lihat sekarang? Alam akan menjalankan
alurnya, mereka dulu yang berdemo, sekarang didemo. Pemuda yang dulu
memperjuangkan hak rakyat di hamparan jalan yang menyengat, sekarang duduk di
kursi panas kepemimpinan.
Satu hal lagi
yang miris. Sistem di Indonesia, jika kita melihat dari struktur dan
Undang-Undang yang dibuat, semua telah ada pada standar nya, yang negara maju juga
tetapkan. Tapi dari dalam moral manusianya itu sendiri yang tidak pantas
diacungkan jempol.
Apakah ada
pejabat yang korupsi berasal dari keluarga miskin? Jawabannya TIDAK. Mereka
semua berasal dari latar belakang pendidikan yang tinggi. Semua sudah
berpenghasilan yang cukup memenuhi kebutuhan keluarga mereka sendiri. Tapi apa
yang terjadi? Semakin orang mengenal kekuasaan dan materi yang semakin tak
dapat dihitung, maka mereka akan semakin tidak puas dengan hidupnya. Yang mereka harapkan adalah kekuasaan yang
lebih, keuangan yang Berjaya.
Poin yang dapat
kita ambil pelajaran adalah, bukan salah rakyat yang tidak akan percaya lagi
dengan pemerintah jika ada tindak korupsi ataupun penggelapan dana terjadi
lagi. Bukan pula diamnya rakyat membiarkan pemerintah dan media yang
menyelesaikan kasus-kasus ini. Tapi rakyat hanya lelah dan telah terbiasa
mendengar dan melihat kasus semacam ini yang terulang, dan takkan pernah usai.
Satu harapan
yang rakyat yang inginkan : membangun
dari dalam pemuda sekarang yang kelak menjadi pemimpin di masa mendatang, supaya
tidak akan terjadi periode keterpurukan politik seperti sekarang ini.
Kami bukan ahli politik maupun hukum
yang mengerti ini-itu. Tapi kami hanya berbicara berdasarkan apa yang
masyarakat secara umum mengetahui kebenarannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar